Berawal dari
sekolah yang sebenarnya tidak aku inginkan. Saat itu jam sudah menunjukan waktu
pulang, tetapi langit sudah memberikan sebuah pertanda bahwa dirinya akan
menurunkan air untuk membasahi bumi. Aku menunggu hujan itu disebuah bangku
yang tersedia dikantin sekolah.
“Eh wan, lo
belom pulang?” sapa seorang wanita.
Aku
menolehkan kepalaku pada sosok wanita tersebut, tampak seorang wanita yang
berkilau, mungkin kata yang tepat untuk menggantikan kata berkilau itu kata
“indah”.
“Gimana mau
pulang Anisa, orang ujan gini. Kataku”
“Manggilnya
jangan Anisa dong, panggil gue ica aja” jawab dia sambil ketawa.
“Hahaha oke
deh gua panggil lo ica, eh ca ujannya udah agak redaan tuh, gua balik duluan
ya.”
“Lo pulang
kemana emang wan? Tanya ica”
Tanpa
disengaja, ternyata rumah kita searah dan mau gamau aku harus bareng ini cewek.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, aku bisa menilai ica kalo dia itu anak yang
mudah bergaul dengan siapapun, dia itu orang nya terbuka. Padahal aku dan
dirinya baru kenal saat ospek.
Hari demi
hari yang aku rasakan saat itu, mulai berubah menjadi sebuah pelangi, karena
kehadiran sosok ica dihidupku. Semenjak itu pula aku sangat bersemangat untuk
bersekolah. Setiap harinya aku selalu bertemu dengan ica, dan mengajaknya untuk
sekedar pulang bareng. Oh iya, saat pertemuan kami dikantin itu, aku dan ica
sudah saling bertukar nomor handphone. Untuk sekedar memudahkan kami dalam
berkomunikasi.
Aku dan ica
semakin intens dalam komunikasi, menanyakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
ditanyakan menurutku. Tetapi entah mengapa diriku sangat senang ketika kita
saling menanyakan hal-hal tersebut. “Kurasa aku jatuh cinta dengannya, gumamku”
Tidak terasa
sudah 1 tahun lamanya aku mengenal ica, dan akhirnya aku memutuskan untuk
menyatakan cintaku pada ica. Terserah jawaban ica apa, yang penting aku
menyatakannya dulu.
Aku ingat
hari itu hari senin sore dan langit sudah menghitam bersiap-siap menurunkan air
matanya. Saat itu aku berharap semoga jawaban ica tidak seperti langit yang
membuatku menangis.
Aku mulai
bertanya kepada ica melalui sms.
“Ca, lo
dimana?.” Tanyaku
Tak butuh
waktu lama untuk menunggu pesanku agar dibalas oleh ica.
“Gue lagi
dikelas nih wan, kenapa? .” jawabnya
“Bisa
kekantin sekarang ga lo ca, ada yang perlu gua omongin sama lu.”
“Otw wan ga
pake ngaso hahaha.” Jawab ica sambil cengegesan
Aku paling
suka dengan ica ketika dia mengeluarkan banyolan-banyolannya, aku selalu
tertawa senang ketika dia sedang melucu.
Gemericik
hujan seperti menyemangatiku untuk menyatakan perasaanku pada ica. Setelah
menunggu, akhirnya orang yang kutunggu-tunggu kehadirannya datang juga. Setelah
ica datang, aku bingung mau ngomong apa. Dan terjadila kesunyia diantara kami,
tiba-tiba ica ngomong.
“Lo mau
ngomong apa sama gue wan? .” Tanya ica
“ Gua juga
lupa ca hahaha.” Alasanku karena bingung
“Dih aneh lo
wan.”
“ Ikut gua
yuk ca.” sambil menariknya ke halaman sekolah
Aku sudah
berfikir bahwa aku akan menyatakan perasaanku dihalaman sekolah ketika hujan
datang.
“Ca, gua mau
jujur sama lo, gua udah kenal lo kurang lebihnya 1 tahun ketika kita saling
kenal saat ospek, dan ketika ospek selesai kita udh ga pernah ketemu lagi,
tetapi karna hujan gua bisa ketemu lu lagi.”
“Terus maksud
lo apaan ngajakin gua ujan-ujanan di lapangan gini wan.” Jawab ica
“ Maksud gua
ngajakin lo ujan-ujanan gini, supaya kita bisa lebih menyatu ca sama ujan ,
soalnya kita udah disatuin sama ujan pas waktu itu.”
“Jadi
kesimpulannya apa wan? .” Tanya dia
“ Gua sayang
sama lo ca, lu mau ga jadi pelangi dihidup gua? .”
“dih ogah
amat.” Jawab dia
“oh gitu ya
ca” jawab aku lemas
“Ogah nolak
maksudnya hahaha.” Timpalnya sambil cengengesan ngeselin
“ Jadi gua
diterima nih ca? .” Tanya aku
“Iya Alwan
bawel.” Jawabnya
Saat itu
perasaan ku campur aduk yang semula jawaban ica membuatku patah, dan pada
akhirnya jawaban dia membuatku tumbuh, tumbuh dalam artian semangat, senang,
dan segala perasaan yang ga bisa aku jelasin. Terimakasih ica sudah mau
menerima diriku yang memiliki banyak kekurangan ini.
x
x
0 komentar:
Post a Comment